25 Februari 2024

on

Saat ini sedikit lewat tengah hari. Mendung sudah menggantung. Hujan dipastikan datang. Semoga tidak badai. Tempo hari ada badai besar. Di wilayah Jawa bagian barat malah ada tornado.

Tampaknya masih terbawa energi rendah untuk menulis di sini. Sedih. Bulan lalu hanya menulis sekali. Namun sangat emosional.

Rencana kan paling tidak menulis tiga atau empat kali sebulan. Pakai minta semacam kurasi dan masukan saran dari sejumlah ahli. Hanya saja masih dalam rencana. Sedih sekali.

Berbagai alasan. Pada dasarnya memang tidak niat besar. Malah tidak niat jangan-jangan ya.

Mudah sekali dibisiki godaan untuk kalah sebelum memulai. Sungguh sikap yang sangat disayangkan. Mohon tidak ditiru.

Menaruh janji dan resolusi di mana-mana, dengan santai dibantah sendiri. Diingkari lebih tepatnya. Tidak baik memang.

Sikap yang saat ini diperlukan adalah pemaksaan untuk berubah. Perubahan mulai dari hal kecil. Sungguh harus memaksa diri sendiri agar bisa berubah.

Dari diri sendiri yang mulai berubah satu persatu, nantinya akan teresonansi ke orang sekitar. Dari situlah perubahan akan menjadi gelombang yang membesar.

Memaksa diri sendiri pun tidak mudah. Sekarang, bahkan sudah lapar, ada saja manusia tidak mau makan. Berbagai alasan dipaparkan. Seakan benar saja. Akibatnya memang tidak akan langsung. Sebuah akibat bisa terakumulasi terlebih dahulu. Meledak tidak berjadwal.

Yang rugi? Banyak orang. Bukan si manusia sendiri. Manusia di sekitar turut terimbas.

Itu contoh kecilnya. Kelihatan sepele kan. Namun sebuah pondasi.

Jadi, mau memaksa diri sedari awal untuk berubah atau memaksa diri ditekan akibat. Untung rugi memang ada. Namun presentasenya berbeda.

Itu kalau suka hitung-hitungan. Padahal hidup tidak selalu perkara angka. Memang bukan angka. Ini kan manusia.

Gelombang perubahan telah dimulaikan dari jantung dunia. Bagi yang hatinya telah menerima, jangan berhenti. Terus memaksa diri untuk berubah.

Berubah yang bagaimana? Adab dan ilmu yang akan menuntun. Sambil tengoklah diri terdalam. Ada sesosok manusia yang menuntut fitrahnya.

Ini sedikit pesan untuk diriku sendiri. Juga bisa engkau ikut cermati. Sebab bersama lebih baik, kan.

Sampai jumpa.

-wu-

Tinggalkan komentar