Malam Berhujan, 02 Januari 2024

on

Kebiasaan pergantian tahun adalah masih salah menulis tahun. Harusnya 2024, masih saja menulisnya sebagai 2023. Beberapa hari baru akan bisa terbiasa. Paling cepat seperti itu berdasar pengalaman pribadi. Juga menjumpai koreksi rekan kerja lain.

Typo semacam itu memang menjadi bumbu. Seakan mengingatkan terus. Hei, ini sudah berganti tahun. Atau malah seakan ada ketidakinginan untuk beralih waktu.

Move on! Kata generasi sekarang seperti itu.

Kurang afdol, sih. Kalau tidak ada kesalahan menulia tahun. Nanti tidak ada prosesi tegur menegur dan menertawakan tahun yang telah lewat.

Sebenarnya bukan menertawakan semacam itu. Melainkan betapa kurang ajar melewatkan setahun tanpa pencapaian yang membuat ingat tahun telah berganti. Tangis seharusnya. Namun lebih mudah tertawa.

Pencapaian yang membuat ingat tahun telah berganti adalah bagaimana sebuah proses terus berjalan dan bertumbuh. Kalau stagnan, berhenti, tentu saja seakan waktu membeku. Tidak mau mengakui bahwa tidak membuat perkembangan.

Tunas yang gagal tumbuh. Seperti ide-ide yang bermunculan liar pada awal tahun. Seminggu, dua minggu berlomba-lomba menaik tumbuh. Kurus, tinggi, akhirnya doyong. Ada yang cacat, mati, kering.

Padahal hujan datang sebanyak yang diperlukan.

Mungkin di situ lah kesalahannya. Bergantung pada alam. Harusnya ikhtiar diperbanyak dan dimaksimalkan. Baru disertai kepasrahan diri sepenuhnya pada Sang Pencipta.

Ikhtiar dimaksimalkan itu adalah sampai mentok. Sampai pol. Sampai Allah yang membuat stop. Bukan maksimal versi manusia.

Ada satu contoh nyata terbaru tentang hal ini. Dari seorang pejuang di negeri Falasteen (Palestina). Dia tengah melaksanakan misi. Tentu saja sudah dengan prosedur dan risiko yang dijalankan. Dia pegang SOP dan hatinya bertaut pada Allah.

Siapa sangka musuh melihatnya dari atas, maka kemudian pejuang ini ditembak. Ketika dia masih berikhtiar semaksimalnya, berdarah dan kesakitan tak membuatnya lantas berhenti dalam menjalankan misi.

Sepertinya dia harus memasang peledak. Pejuang ini meneruskan pemasangan peledak. Tersungkur dan terseok, telah dilanjutkan. Begitu selesai dengan tugasnya, masih diintai musuh, dia pun bersujud. Dia bersyahadat dan tergeletak menjemput syahid.

Saya lampirkan videonya. Sebagai catatan, video ini dari kamera musuh.

Tidak kah seperti dongeng? Tidak, ini nyata terjadi. Pada 2023 yang tak akan pernah dilupakan. 2024, 2025, 2026, 2027, dst.

– wu

*note : waktu penulisan pukul 21.00 WIB, hujan deras, sinyal internet kurang bagus. Video akan diunggah berkala.

Tinggalkan komentar